Bersyukur Dulu, Bersyukur Lagi, Terus dan Selalu Bersyukur

Suatu hari saya tiba tiba tertarik untuk kepoin akun instagram teman yang beberapa tahun belakangan ini sejak hijrahnya menjadi sosok yang sangat inspiratif bagi saya. Inspiring dalam banyak hal terutama masalah akhlak dan ghirah dalam menuntut ilmu.

Dan pagi itu, saya begitu takjub melihat foto foto yang membuat decak kagum dengan jepretannya yang bagus luar biasa ditambah dengan lokasi-lokasinya di berbagai tempat yang belum pernah sekalipun saya kunjungi  atau bahkan belum terpikirkan untuk saya kunjungi entah itu dalam ataupun luar negeri sana.

Kesan pertama sebagai manusia normal, pastilah ingin sekali bisa melihat langsung tempat tempat tersebut, memanjakan diri  dengan berwisata ke tempat-tempat yang  membuat pikiran tenang dan segar kembali.
Kesan kedua, begitu enaknya hidup serba berkecukupan materi, bisa pergi kesana dan kesini, makan disana dan disini tanpa khawatir apakah sisa saldo mencukupi.
Kesan ketiga, rasa takjub akan dunia dan penciptanya, begitu mudah Alloh memberikan segala kenikmatan dunia kepada siapa saja yang dikehendakiNya dan menahannya kepada siapa saja yang dikehendakiNya.
Kesan keempat dan selanjutnya, enak sekali hidupnya, seolah-olah tanpa duka tanpa derita, berlanjut dengan melihat kehidupan sendiri yang bla bla bla...

Astaghfirulloh ....
Kalau saja Alloh tidak menghentikan lamunan saya, sudah begitu jauhlah saya berhayal dan mmbandingkan kehidupan saya dengan kehidupan orang lain yang terasa begitu istimewa dan penuh suka, setidaknya dimata saya. Karena ya.. sejatinya kita takkan pernah tau bagaimana kebahagiaan sejati dan tolak ukurnya bagi orang lain.

Back to my mind..
Cukup..cukup... hentikan segala angan dan lamunan.
Berkali-kali saya harus mngingatkan diri sendiri agar selalu melihat kebawah untuk urusan dunia. Begitu banyak yang kondisinya masih dibawah kita, dan begitu banyak kenikmatan yang harus disyukuri, dimana bisa jadi orang lainpun merasakan seperti yang saya rasakan saat melihat nikmat Alloh yg diberikan kepada saya dan keluarga, yang ternyata sadar atau tanpa sadar terkadang saya dustakan dan saya ingkari .
Berkali kali saya pati dalam hati, mendorong diri ini agar melihat keatas HANYA dalam urusan akhirat. Lihatlah amalanku, lihatlah ibadahku, lihatlah sedekahku, masih begitu jauuuuhhh dibandingkan para sahabah dan sahabiyyah. Jangankan dibandingkan mereka kaum salaf, bahkan dibandingkan orang-orang  yang hidup di zaman ini saja saya sudah kalah telak.

laa hawla wa laa quwwata illaa billaah
Sungguh hati ini sangat lemah, pun jiwa ini mudah sekali goyah
Berkali kali jatuh bangun mempertahankan akidah
Terseok seok penuh perjuangan menggenggam hidayah
Tak perlulah ditambah dengan melihat kenikmatan orang lain yang terlihat begitu indah
Sementara tak terhitung kenikmatan yang telah Alloh beri dan sangat melimpah
Hentikan semua angan kosong, lamunan dan keinginan duniawi yang kadang terasa membuncah
Toh itu semua tak ada gunanya dan hanya membuat diri semakin lengah

Hidup memang dipenuhi berbagai pilihan.
Bersyukur... maka akan Alloh tambahkan nikmat.
atau...
Kufur... maka adzab Alloh menunggu, cepat ataupun lambat

No comments: