Lihatlah dari sudut pandang yg berbeda, maka keluhan dan omelan akan berubah menjadi senyuman

Dunia ibu rumah tangga itu penuh dengan keseruan, tak jarang bergulat dengan kerepotan, namun banyak hal yang membawa kebahagiaan berupa hiburan persembahan anak anak yang penuh canda tawa menyenangkan.
Disisi lain, ibu rumah tangga juga dekat dengan kondisi dimana membuat sang ibu mengeluh dan mengomel (nunjuk diri klo yang ini mah).
Rasanya baru saja beberes rumah, belum sempat bernafas lega eh tau tau sudah berantakan lagi. Hmm.. sambil tarik nafas panjang, marilah kita lihat sejenak dari sudut pandang yang berbeda sebelum mengeluh atau bahkan mengomel (catatan pengingat khusus saya pribadi ini).

Baru saja nyuci baju, sudah numpuk lagi baju kotor yang menunggu dicuci?
Berbahagialah, berarti kita dan anak anak memiliki banyak stok baju untuk ganti ganti. Lihatlah diluar sana, berapa banyak orang tak seberuntung kita yang hanya memiliki baju yang melekat di badan (jadi inget bapak tuna wisma yang sering mondar mandir di pinggir jalan dengan baju kumalnya hiks.. sedih )
Shock lihat setrikaan numpuk?
Tarik nafas dan berbanggalah, karena berkat kitalah (para istri), anak anak dan suami kita memakai pakaian yang rapi. Bangga kan jika anak dan suami terlihat rapi dan terawat dengan pakaiannya yang wangi, bersih dan licin? Berarti kita sungguh sungguh memperhatikan suami dan anak kita. Saya aja kalau liat ada anak / orang yg berpakain rapi langsung mikirnya, wah ini istrinya/ibunya luar biasa nih bisa membuat baju jadi rapi dan wangi seperti ini. Dan tau tau, diri inipun termotivasi agar bisa memberikan pelayanan terbaik untuk penampilan anak dan suami.
Cucian piring tak ada habisnya?
Berarti ada makanan yg bisa disantap keluarga, ada air yg akan digunakan utk nyuci piring meski harus ngirit air.
Kalau tak ada makanan yg terhidang di meja makan, tentunya tak akan ada tumpukan piring kotor.
Diluar sana berapa banyak orang yg menggunakan daun pisang sebagai alas makannya karena peralatan makan terbawa arus banjir?
Mainan anak berserakan dimana mana?
Menyenangkan sekali, itu tandanya anak anak kita punya mainan yg bisa dimaninkan dan menyenangkan hatinya.
Banyak anak anak yang tidak seberuntung anak kita diluar sana, yang sangat ingin punya mobil-mobilan tapi yang bisa dia mainkan hanyalan kotak korek api yang berubah peran menjadi sebuah mobil ferari.
Nyapu dan ngepel tiada henti?
Bersyukurlah karena rumah kita memiliki lantai yang layak dan bersih, entah itu lantai dr itu garnit, keramik, semen ataukah karpet plastik. Coba kalau rumah kita berlantaikan tanah sebagaimana yang banyak ditemui di daerah pedesaan, tentunya kita tak perlu susah payah ngepel.
Anak-anak membuat kebisingan tiada henti dengan teriakan dan tangisan saat berebut mainan? Atau sering sekali membuat rumah berantakan?
Berbahagialah dan bersyukurlah, karena tidak semua rumah memiliki keramaian dan kejadian seperti itu. LIhatlah diluar sana, berapa banyak pasangan yang telah lama menantikan buah hati yang tak kunjung diberi?
Atau... bayangkanlah saat anak anak sakit, tentunya rumah akan menjadi sepi dan tidak ceria.
Atau bahkan.. bayangkanlah saat mereka tidak ada dirumah, entah karena sekolah, merantau atau bahkan lebih dulu menghadap Sang Pencipta. Bukankah keramaian dan berantakannya rumah saat ini  jauh lebih baik daripada ketiadaan anak anak yang membuat rumah menjadi sepi?
Ngajarin anak Iqro atau baca tulis, tapi anak malah lompat kesana kemari dan tak bisa duduk diam barang 5 menit?
Santai saja, jangan jadi baper dan putus asa. Teruslah mencoba berbagai cara agar anak bisa fokus dan menyerap apa yg diajarkan, karena kesusahan yg sedang kita hadapi inilah yang akan menjadi investasi kelak. Jika anak telah bisa membaca quran atau buku buku bermanfaat, membaca doa dan ayat Alquran didalam maupun diluar sholat seumur hidup mereka,  pahala juga akan mengalir kepada kita sebagai amal jariyah yang takkan putus meskipun raga kita telah hancur menyatu dengan tanah.
Bayangkan jika kita tidak bersabar dan segera menyerahkan urusan belajar baca (iqro ataupun bukan) kepada orang lain, relakah jika di akhirat kelak kita melihat aliran pahala yang begitu banyak untuk orang yang mengajari anak kita tersebut sementara kita tidak mendapatkan pahala sebagaimana yang ia dapatkan?
Lagi ngantuk ngantuknya tapi tidak juga bisa tidur barang sebentar saja karena anak maunya ditemani dan ditunggui? Atau tengah malam ngantuk berat tapi harus nyusuin si kecil sambil duduk?
Lagi lagi bayangkan jika anak anak sudah tidak ada. Siapa lagi yang mau kita tunggui dan kita jaga? Siapa lagi yang akan merengek minta ASI? Siapa lagi yang akan setia menemani tidur kita sambil tidur dibawah lengan kita? Kalau bukan kesendirian, kesepian dan kenangan yang tak kunjung sudah.
Tengah malam,capek berat, lagi nyenyak tidur tiba tiba dapat colekan dari suami?
Ya sudah go ahead saja, pahala menanti didepan mata.
Bayangkan jika suatu malam dan seterusnya, colekan itu tak lagi ada dan hanya kesepian yang menemani malam karena suami tak ada lagi di sisi kita. Bukankah colekan itu akan kita rindukan?
Dan ada begitu banyak keadaan yang awalnya tidak kita harapkan ternyata bisa membuat kita tersenyum dalam syukur yang tak berkesudahan.
Dengan melihat dari sudut pandang lain, segala kesulitan, kepayahan, kelelahan, kemarahan dan kegalauan akan berubah menjadi senyuman, rasa syukur yang semakin tumbuh subur dan semangat baru dalam mengerjakan semua aktifitas dan peran sebagai seorang hamba, anak, istri dan juga ibu.

No comments: